Senin, 15 Oktober 2018

Barbeque murah di Grill Me Surabaya

Siapa bilang barbequan harus mahal? Awalnya, saya juga berpikir demikian. Namun, setelah saya searching-searching akhirnya saya menemukan tempat ngegrill asyik yang nggak bikin kantong pengap. Grill Me salah satu resto yang menawarkan konsep barbequan ala resto all you can eat. Tapi bedanya, Grill Me menawarkan menu per porsi.


Berlokasi di Jln. Raya Nginden No.16, Baratajaya, Gubeng, Kota SBY, Grill Me buka mulai 11.00-22.00 WIB. Konsep bangunan yang semi outdoor dengan ornamen yang menarik yang seolah menghadirkan nuansa pantai seperti bambu-bambu, tumbuhan tropikal, pasir pantai yang digunakan untuk menghias taman yang berada di tengah-tengah membuat saya merasa betah.


Dengan pilihan menu beragam dan rasa yang sesuai dengan kocek yang dikeluarkan. Grill Me cocok buat nongkrong bareng temen, makan bareng keluarga atau makan sama doi *kalau punya, ya :D




Tidak hanya menawarkan menu per porsi, kalian bisa juga pesan menu paket. Cocok nih buat makan rame-rame. 



Waktu itu saya nyobain Kimchi Stew paket Eko hanya berdua. Alhasil, kami kekenyangan. 




Pelayanannya yang ramah dan telaten juga menjadi poin plus tempat ini, loh. Walaupun kalian belum pernah nyobain ngegrill jangan ragu datang ke sini! Kalian akan dibantu dengan pelayan-pelayan yang baik hati. Satu lagi nih, gais! Buat kalian yang suka bepergian pake kendaraan pribadi, nggak usah risau. Halaman parkir Grill Me luas banget, loh! Jadi, nggak perlu khawatir. Jadi, kapan kamu ke Grill Me?

Indahnya Panorama Bawah Laut : Gili Ketapang, Probolinggo

Apa yang terlintas dalam benakmu ketika mendengar kata 'Gili'? Saya yakin sebagian besar orang akan memikirkan pulau Lombok. Pulau Lombok memang terkenal akan keindahan dan keeksotisan wisata bahari. Banyak sekali Gili yang menjadi ikon detinasi yang wajib dikunjungi jika berlibur ke sana. Sayang, saya belum berkesempatan berkunjung ke sana.

Berbekal kekepoan pada akun-akun traveller di instagram, akhirnya saya menemukan sebuah destinasi yang suasananya tidak kalah mengagumkan dibandingkan Lombok. Masih dalam wilayah Jawa Timur, Gili Ketapang adalah sebuah desa dan pulau kecil yang terletak di Selat Madura. Secara administratif, Gili Ketapang masih termasuk wilayah kecamatan Sumberasih, Probolinggo.


H+5 lebaran saya berangkat ke Gili Ketapang. Perjalanan menuju Probolinggo dari tempat tinggal saya kurang lebih dua jam. Sampai di Kota Probolinggo saya menuju ke pelabuhan Tembaga dan langsung menemui guide yang sudah saya kontak sebelumnya. Karena saya kemarin ke Gili Ketapang pas libur lebaran, jadi suasananya lumayan ramai. Dari pelabuhan, saya dan beberapa wisatawan lainnya diarahkan naik sebuah perahu yang biasa digunakan masyarakat sebagai transportasi penyebrangan.

Perjalanan air dari pelabuhan menuju ke Gili Ketapang kurang lebih 30 menit. Tergantung cuaca dan gelombang. Selama perjalanan, kita disuguhkan panorama yang indah dan tidak membuat jemu. Apalagi kalau cuaca sedang bagus, kena sepoi angin dan goyangan perahu. Kombinasi yang pas.

Sampai di Gili Ketapang saya langsung disambut tour guide yang ramah dan diajak menuju gazebo yang sudah dibooking. Sesampainya di sana, saya diminta bersiap-siap berganti pakaian untuk melakukan snorkling.

Buat kalian yang nggak bisa berenang, jangan khawatir! Kalian tetap bisa main air kok, dibantu peralatan yang memadai dan guide yang memandu. Saya sendiri, walaupun nggak jago-jago amat akhirnya masih bisa foto underwater, yah... walaupun hasilnya nggak seberapa bagus soalnya saya sudah lelah dan susah diarahin.

Saran saya nih, buat kalian yang main ke Gili Ketapang mending ambil paket yang Private Tour khusus 8 orang. Kalau saya kemarin rame-rame jadi beberapa yang nggak terlalu jago terabaikan soalnya kebanyakan orang. Walaupun, agak mahal tapi fasilitasnya lebih mantep. Kalau trip yang untuk umum sekitar 90rb/orang kalau private trip 150rb/orang. Oh, ya, buat yang datang dari luar kota kayak saya bisa juga menginap, loh. Ada paket camp tapi kemarin sedang tutup. Lagian, jarak dari tempat saya nggak terlalu jauh jadi menurut saya nggak perlu menginap.

Untuk paket guide yang saya sebutkan itu udah include penyebrangan PP, makan siang nasi dan ikan bakar sepuasnya. Eits, ekspetasinya jangan tinggi-tinggi ya, ikan bakarnya ini setipe ikan tongkol kecil-kecil dipadu sambel kecap campur petis yang ajib. Kalau mau nambah ikan kayak cumi-cumi goreng, udang, sosis dll. bisa aja sih, asal nambah duit. 

Jujur, saya kurang puas eksplorasi pulau mungil nan eksotis ini. Saya sampai di Gili Ketapang memang sudah terlalu siang jadi, yah kurang lama menikmatinya.



Rabu, 10 Oktober 2018

[REVIEW] Kisah di Masa Orde Baru : Buku Laut Bercerita




Judul : Laut Bercerita
Penulis : Leila S. Chudori
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Tebal : x + 379 halaman, cetakan pertama, Oktober 2017
ISBN : 978-602-424-694-5




Jakarta, Maret 1998
Di sebuah senja, di sebuah rumah susun di Jakarta, mahasiswa bernama Biru Laut disergap empat lelaki tak dikenal. Bersama kawan-kawannya, Daniel Tumbuan, Sunu Dyantoro, Alex Perazon, dia dibawa ke sebuah tempat yang tak dikenal. Berbulan-bulan mereka disekap, diinterogasi, dipukul, ditendang, digantung, dan disetrum agar bersedia menjawab satu pertanyaan penting: siapakah yang berdiri di balik gerakan aktivis dan mahasiswa saat itu.


Jakarta, Juni 1998
Keluarga Arya Wibisono, seperti biasa, pada hari Minggu sore memasak bersama, menyediakan makanan kesukaan Biru Laut. Sang ayah akan meletakkan satu piring untuk dirinya, satu piring untuk sang ibu, satu piring untuk Biru Laut, dan satu piring untuk si bungsu Asmara Jati. Mereka duduk menanti dan menanti. Tapi Biru Laut tak kunjung muncul.


Jakarta, 2000
Asmara Jati, adik Biru Laut, beserta Tim Komisi Orang Hilang yang dipimpin Aswin Pradana mencoba mencari jejak mereka yang hilang serta merekam dan mempelajari testimoni mereka yang kembali. Anjani, kekasih Laut, para orangtua dan istri aktivis yang hilang menuntut kejelasan tentang anggota keluarga mereka. Sementara Biru Laut, dari dasar laut yang sunyi bercerita kepada kita, kepada dunia tentang apa yang terjadi pada dirinya dan kawan-kawannya.


Laut Bercerita, novel terbaru Leila S. Chudori, bertutur tentang kisah keluarga yang kehilangan, sekumpulan sahabat yang merasakan kekosongan di dada, sekelompok orang yang gemar menyiksa dan lancar berkhianat, sejumlah keluarga yang mencari kejelasan makan anaknya, dan tentang cinta yang tak akan luntur.

******

« Matilah engkau mati
Kau akan lahir berkali-kali....»

Sebuah sajak sang penyair yang mencuri hati saya saat pertama kali membaca kisah Biru Laut dkk. Kisah diawali dengan sesuatu yang kelam dan menenggalamkan pembaca ke dalam cerita.

«Aku selalu menyangka, pada saat kematian tiba, akan ada gempa atau gunung meletus dan daun-daun gugur. Aku membayangkan dunia mengalami separuh kiamat.»

Laut Bercerita berkisah tentang Biru Laut dkk. yang menuntut perubahan pada masa pemerintahan Orde Baru. Masa dimana Indonesia kehilangan nilai-nilai demokrasi dan pemimpin diktator yang menguasai. Ancaman, siksaan, pengkhianatan, dan kehilangan yang dialami para tokoh dalam buku ini benar-benar mengoyak perasaan. Penggunaan alur campuran yang diterapkan tidak membuat pusing pembaca karena terdapat keterangan tahun dan pengambilan setting yang berbeda-beda. Walaupun setting tempat dari cerita ini sangat beragam, mulai dari kawasan markas Seyegan, Blanggunan, Bungurasih, Pacet, Jakarta dan beberapa tempat lain suasana yang didapat tetap terasa berbeda, pas  dan mendetail.

Dalam buku ini terdapat banyak sekali tokoh. Setiap tokoh selalu memiliki karakteristik kuat dan khas sehingga mudah untuk mengingatnya bahkan saya merasa tokoh-tokoh itu nyata.  Buku ini tidak hanya bicara soal respon terhadap politik. Asmara, keluarga dan persahabatan juga tercakup di dalam Laut Bercerita.

Sejujurnya, progres saya membaca buku ini benar-benar lambat. Bukan karena suatu hal yang mengacu pada konotasi negatif, melainkan saya benar-benar ingin menyelami kisah yang dibisikkan oleh Biru Laut. Ah, ya buku ini dibagi menjadi dua bagian yakni : Biru Laut dan Asmara Jati. Jika Biru Laut yang memulai maka Asmara Jati yang akan mengakhiri. Pada bagian Asmara Jati, saya berderai airmata. Penantian dan harapan yang besar namun tak kunjung membuahkan titik terang. Pada bagian ini saya merasa sangat berat untuk melanjutkan membaca kisah mereka. Namun, saya juga tidak ingin menyerah seperti—Laut. Sepahit apapun itu, saya tetap ingin mengetahui akhirnya. Omong-omong, buku ini sangat minim typo. Saya hanya menemukan satu typo dalam sebuah kalimat dialog yang membuat dialognya agak aneh. Walaupun, demikian minat baca saya pada buku ini tidak berkurang sedikitpun. Membahas mengenai akhir dari kisah Laut Bercerita, jika kebanyakan orang mungkin menyukai akhir yang manis, namun faktanya dalam buku ini saya rasa sangat pas dengan akhir penuh tangis.

Omong-omong kalau bahas buku kurang lengkap kalau tidak membahas tentang quotes atau kutipan-kutipannya. Apalagi kalau bukunya yang memang banyak kalimat-kalimat indah seperti Laut Bercerita salah satunya. Berikut beberapa kutipan dari Buku Laut Bercerita.

****

"Gelap adalah bagian dari alam. Tetapi jangan sampai kita mencapai titik kelam, karena kelam adalah tanda kita sudah menyerah. Kelam adalah kepahitan, satu titik ketika kita merasa hidup tak bisa dipertahankan lagi."—Laut Bercerita. halaman 2 

"Semakin aku tumbuh dan semakin melahap banyak bacaan perlahan aku menyimpulkan bahwa ada dua hal yang selalu menghantui orang miskin di Indonesia: kemiskinan dan kematian." -Laut Bercerita, halaman 28 

Kita harus belajar kecewa bahwa orang yang kita percaya ternyata memegang pisau dan menusuk penggung kita. Kita tak bisa berharap semua orang akan selalu loyal pada perjuangan dan persahabatan." -Laut Bercerita, halaman 30 

"Ketidaktahuan dan ketidakpastian kadang-kadang jauh lebih membunuh daripada pembunuhan." —Laut Bercerita, halaman 256