Rabu, 10 Januari 2018

[REVIEW] Voice in My Head 'Asa dan Romansa'

Judul : Voice in My Head
Penulis : Lilian Chan
Penerbit : @penerbitharu
Penerjemah : Yudith Listiandri
Tebal : 192 halaman

Blurb

Tessa Goh bermimpi untuk menjadi seorang penulis.
Hanya saja, persaingan menjadi seorang penulis bukanlah hal yang mudah. Dia harus cukup bersyukur untuk menjadi seorang resepsionis di sebuah klinik kecantikan, melayani wanita-wanita kelas atas di Bangsar. Bos yang baik, kolega yang hebat, klien yang menarik. Apalagi yang bisa dia minta?
Ah, mungkin dia bisa meminta seorang pemuda tampan, kaya, dan cerdas sebagai seorang kekasih. Aran Shankar memenuhi semua kriteria itu. Hanya saja, ada masalah yang berkecamuk di dalam kepalanya. 
Tessa mulai mendengar pikiran-pikiran orang lain, termasuk ibu Aran. Hal-hal yang jahat dan kejam.
Hanya saja, apakah itu benar-benar pikiran sang ibu, atau itu hanya suara di dalam kepalanya saja?

****

Ini pertama kalinya saya membaca my-novel. Kebetulan kisah yang diangkat memiliki keterkaitan dengan 'sebuah impian' dan percintaan yang menjadi salah satu alasan saya tertarik untuk membaca Voice in My Head. Dua tokoh dengan perbedaan status sosial yang mencolok menciptakan suatu konflik yang cukup kuat. Memang buku ini mengambil tema yang umum namun penulis meraciknya dengan baik dengan menambahkan bumbu persahabatan, impian dan nasionalisme. Persahabatan antara Tessa—Jeff, impian Tessa untuk menjadi seorang penulis serta nasionalisme tokoh yang ada di dalam masa lalu Aran. Saya salut, pada bagian ketika Aran berusaha membangun bisnis namun mengekspos produk dalam negeri. Dan saya juga belajar dari apa yang terjadi pada tokoh Tessa bahwa hidup tidak melulu soal yang dipikirkan orang lain. Terkadang kita harus lebih mencintai diri sendiri agar merasa bahagia.

"Kau menyebutnya kuno. Aku menyebutnya tradisi. Kita punya cara sendiri-sendiri dalam memandang sesuatu." -Halaman 123

Dalam novel ini, tidak hanya ada tokoh protagonis tapi ada pula tokoh antagonis yakni Datin Shankar—Ibu Aran. Wanita sosialita yang memandang seseorang berdasarkan 3B (binit, bebet, bobot), licik serta menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Termasuk memperalat Jeff.

"Suatu hari nanti, akhirnya dia akan tahu bahwa terkadang semua yang kita butuhkan adalah cinta."  -Halaman 182

Anyway this is one of my favourite quotes. Di tengah kekesalan saya pada karakter Datin Shankar yang kebangetan, buku ini juga menyuguhkan romantisme yang membuatnya seimbang dan bikin mupeng. Ada beberapa kalimat yang quotable dan cukup menyentil. Tiap tokoh memiliki penggambaran yang pas memiliki kelebihan dan kekurangan, terasa nyata dan mudah dibayangkan. Karakter tokoh utama yang unik seolah dan membuat saya bercermin. Selama ini, kita sering kali berpikiran negatif pada suatu hal padahal belum tentu demikian.

"Kau memang tidak tahu, tapi tidak apa-apa. Kau membuatku sadar bahwa yang harus kujalani ini adalah hidupku sendiri. Bukan hidup orang lain." -Halaman 178


Buku yang memiliki cover manis ini menggunakan alur cepat. Saya merasa ada bagian yang agak loncat di bab-bab awal. Namun, tidak terlalu ekstrim. Ending dari buku ini, agak membuat kecewa bagi pecinta happy ending. Tapi, bukan berarti kisah Tessa—Aran sad ending loh, ya?😁

💕3.5/5

Minggu, 07 Januari 2018

[REVIEW] Novel The Girl on Paper

Judul buku: The Girl On Paper
Penulis: Guillaume Musso
Penerjemah: Yudith Listiandri
Penyunting: Selsa Chintya
Design cover: Chyntia Yanetha
Penerbit: Spring
Tebal : 448 halaman

Sinopsis
Gadis itu terjatuh dari dalam buku.
Hanya beberapa bulan yang lalu, Tom Boyd adalah seorang penulis miliarder yang tinggal di Los Angeles dan jatuh cinta pada seorang pianis ternama bernama Aurore. Namun, setelah putusnya hubungan mereka yang terekspos secara publik, Tom menutup dirinya, menderita writer's block parah, dan tenggelam dalam alkohol dan obat terlarang.
Suatu malam, seorang gadis asing yang cantik muncul di teras rumah Tom. Dia mengaku sebagai Billie, karakter dalam novelnya, yang terjatuh ke dunia nyata karena kesalahan cetak dalam buku terakhir Tom.
Meskipun cerita itu gila, Tom harus percaya bahwa gadis itu benar-benar Billie. Akhirnya mereka membuat perjanjian. Jika Tom mau menulis novel agar Billie bisa kembali ke dunianya, Billie akan membantu Tom untuk mendapatkan Aurore kembali.
Tidak ada ruginya, kan? Iya, kan?

*****

Membaca beberapa halaman pertama saya merasa seperti sedang menjadi salah satu bagian dari buku. Halaman pertama disuguhkan pengantar berupa berita harian. Mengangkat tema yang benar-benar unik dan menggelitik. Patah hati yang dialami tokoh Tom yang menyebabkan kehancuran karir dan hidupnya. Keputusasaan yang melanda Tom membuatnya terjatuh dalam kubangan yang amat dalam. Ia seolah tak memiliki harapan dan terjebak dalam kegelapan. Namun, hadirnya tokoh Billie membuat semuanya berubah.
Buku yang menyajikan romansa, fantasi dan petualangan ini memiliki tokoh berkarakter kuat. Tom dengan segala ketidakberdayaannya karena cinta, serta Billie dengan kegagalan dalam setiap kisah asmara dan kenyataan tentang dirinya yang konon tidak bisa kembali ke dunia fiksi jika Tom tidak menulis buku seri ketiganya. Dua tokoh yang saling melengkapi dan saling menyembuhkan.
Oiya, selain Tom-Billie masih ada tokoh Carole-Milo yang berperan sebagai sahabat Tom. Karena ide gila mereka, petualangan Tom-Billie dimulai.
Buku ini menggunakan dua sudut pandang yakni, sudut pandang ketiga dan sudut pandang pertama di beberapa bagian. Dan, twist buku ini menurut saya tidak tertebak. Saya sangat terkejut dengan endingnya yang luar biasa!
4.5/5