Jumat, 15 Desember 2017

[REVIEW] Rainbow After The Rain : Runtuhnya Religiositas Akibat Terorisme dalam 'Rainbow After The Rain"

Bagaimana pendapatmu mengenai tindak terorisme?
Benarkah terorisme adalah bentuk dari jihad? Atau hanya untuk kepentingan kalangan tertentu? Lalu, apa yang akan kamu lakukan jika salah satu anggota keluargamu menjadi korban dari aksi terorisme? Mari kita temukan jawabannya melalui buku bersampul manis ini.

Judul Buku : Rainbow After The Rain ( Love in Moskow)
Penulis : Angelique Puspadewi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 218 halaman
Rate : 3.6/5

Sinopsis

Arabel adalah keluarga korban terorisme yang mendendam. Suatu hari, gadis yang berprofesi sebagai penulis ini ditantang editornya menulis kisah bertema terorisme.

Semua berawal dari kedatangan sepupu Arabel, Reno dan Sarah, untuk bulan madu di Rusia. Reno membawa sahabatnya, Dimitri, yang perlahan tapi pasti membuat Arabel sadar bahwa teror adalah sifat manusia yang tidak terkait agama mana pun.

Seiring waktu, Arabel jatuh cinta pada Dimitri. Pria itu dan riset penulisan menjadi alasannya datang ke Bali. Padahal sejak kejadian Paddy’s, Arabel bersumpah tidak akan menginjakkan
kaki ke Pulau Dewata. Di tempat itu pula semua kesakitan kembali datang. Dimitri membongkar rahasia besar yang menjungkir-balikkan dunia Arabel.

Akankah Arabel menerima Dimitri dan masa lalunya seperti pelangi yang datang setelah hujan?

-Tema
Kisah yang mengangkat percintaan seorang gadis yang keluarganya menjadi korban terorisme. Kehidupan tokoh Arabel berubah kelam. Kekecewaan pada takdir membuat hati Arabel dirundung kegelapan. Segalanya berubah semenjak insiden Paddy's. Arabel berpikir takdir mempermainkannya dengan amat kejam. Ia bahkan berpikir bahwa Tuhan tidak mau lagi mendengarkan do'anya. Tuhan tidak sayang pada dirinya. Semua yang dia lakukan seperti sholat, mengaji dan puasa sia-sia. Arabel memutuskan tidak mempercayai Tuhan. Berlari sejauh mungkin dengan cara berpindah keyakinan. Kejadian itu meruntuhkan keyakinannya. Membaca kisah Arabel ini membuat saya berpikir, bagaimana jika saya yang berada di posisinya? Tema yang jarang diangkat ini akan membuat pembacanya berfikir lebih dalam.

-Karakter
Karakter tokoh Arabel dalam novel ini sangat berbeda dengan Ana—Ibu Arabel. Ana yang lebih agamis selalu bersabar menghadapi tingkah Arabel. Walaupun Arabel berusaha keras agar Ana mengizinkannya pindah keyakinan tapi Ana punya trik jitu agar Arabel gagal. Saya salut dengan tokoh Ana, walaupun ia terluka dan amat sangat sulit melupakan suaminya tapi ia berusaha selalu tegar dan lapang dada. Ana berusaha meyakinkan anaknya bahwa setiap ujian ada hikmahnya. Ia tidak lelah mendoakan Arabel agar mendapat hidayah-Nya.

Ketika tokoh Reno, Sarah dan Dimitri masuk dalam kehidupan Arabel, pergolakan pun terjadi. Awalnya mereka tidak tahu bahwa keimanan Arabel telah runtuh. Ketika ketiganya tahu, mereka sangat berempati dan berusaha membantu Arabel membangun kembali keimanannya. Saya sangat suka pada bagian ketika Arabel mulai menemukan pelita yang telah redup. Ia menemukan jawaban atas peetanyaan 'mengapa Tuhan tidak mengabulkan do'anya?'

"Dan apabila hamba-hamba—Ku bertanya tentang Aku, maka jawablah bahwasannya aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia berdo'a kepada—Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi segala pertintah—Ku dan hendaklah mereka beriman kepada—Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (halaman 74)

Tidak dengan cara memaksa, walaupun tidak dapat terelakkan sering kali terjadi perdebatan. Sosok Dimitri yang tampan, religius dan sangat sopan membuat Arabel jatuh hati. Karakter Dimitri ini benar-benar idaman sekali. Tokoh Dimitri seolah memiliki aura yang sangat tenang.

Setelah hatinya mulai meletup-letup karrna potongan ayat yang amat menohoknya. Arabel mulai mempelajari Al-Qur'an lagi. Kali ini, ia menemukan jawaban mengenai tindak terorisme yang terdapat dalam potongan surah Al-Baqarah ayat 190.

"Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (halaman 78)


Dimitri memberikan penjelasan kepada Arabel dengan gamblang dan mudah dimengerti. Sedikit cuplikan dari penjelasan dari Dimitri yang sangat melekat, " ... siapapun mereka yang melakikan tindak terorisme, yang bertindak di luar batas aturan, itu karena nafsu individu itu sendiri. Tidak ada hubungan dengan agama yang dianut. Sebab tidak ada satu agama pun yang mengajarkan kekerasan."


-Setting

Menggunakan setting beberapa tempat yang tidak hanya di Indonesia, novel ini mengajak saya menjelajah. Keindahan kota Moskow yang dijabarkan membuat saya tidak sulit untuk membayangkannya.

-Konflik
Perkembangan konfliknya cukup dinamis. Awalnya, seputar Arabel yang hilang keimanan kemudian Arabel jatuh hati, tantangan menulis untuk menyembuhkan luka, hingga sampai di klimaks. Luar biasa. Satu persatu konflik diuraikan hingga konflik utama yang berakhir manis.

Buku ini tidak hanya soal romansa namun juga agama. Buku ini saya selesaikan dalam sekali baca. Karena setiap membuka halaman demi halaman, saya enggan berhenti. Kejutan diakhir cerita cukup membuat berdebar-debar. Banyak hal yang saya pelajari dari buku ini. Saya memperoleh banyak pengetahuan spiritual yang tidak terkesan menggurui dan mudah diselami. Walaupun, saya menemukan beberapa typo namun tidak mengurangi minat baca saya terhadap buku ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar